Kamis, 27 September 2012



Review dari Buku : KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI
Penulis : Dr. Suryaman, M.Pd








BAB  I
KONSEP, PRINSIP DAN SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Dalam bab ini, dijelaskan tentang pengertian, teori-tori, sifat-sifat dan  prinsip-prinsip kepemimpinan, kemudian ditambah dengan penjelasan syarat-syarat kepemimpinan pendidikan dan sifat-sifat kepemimpinan pemerintahan.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai  suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar orang itu mau untuk melakukan sesuatu pekerjaan secara sadar dan bertanggung jawab.
Adapun beberapa teori yang mengemukakan tentang kepemimpinan diantaranya teori sifat yang berpandangan bahwa kepemimpinan merupakan suatu sifat yang dibawah oleh sesorang sejak lahir. Ada juga teori lingkungan yang berpandangan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai pemimpin jika ia dapat menguasai situasi tertentu pada waktu dan tempat tertentu pula. Teori pribadi dan situasi merupakan perpaduan antara kedua teori di atas yang berpandangan bahwa sifat-sifat yang dibawah sejak lahir yang memiliki potensi sebagai seorang pemimpin harus memperhatikan situasi dan kondisi dimana ia berada saat itu. Masih ada lagi beberapa teori kepemimpinan yang lebih mengutmakan pada hubungan antara sesama manusia atau interaksi antara memimpin dan yang dipimpin.
Berkaitan dengan kepemimpinan pendidikan, bahwa dalam dunia pendidikan dikenal dengan dua jenis kepemimpinan yaitu resmi dan kepemimpinan tidak resmi. Pemimpin pendidikan sebaiknya didukung dengan pengetahuan dan kemampuan pribadi yang baik selain faktor kedudukan atau jabatan yang dimiliki. Karena itu, dalam teori genetis dikatakan bahwa seorang dapat menjadi pemimpin bila ia memiliki sifat-sifat kepemimpinan sejak lahir. Sedangkan menurut teori sosial seseorang dapat menjadi pemimpin bila memiliki pengetahuan atau pendidikan dan pengelaman yang cukup. Disamping kedua teori itu, ada juga teori ekologis yang berpandangan bahwa seorang dapat menjadi pemimpin bila bakat yang dibawah sejak lahir kemudian dikolaborasikan atau dikembangkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh.
Pada prinsipnya pemimpin dalam pendidikan merupakan pelayan bagi seluruh warga sekolah, dapat membimbing dan memberikan pengalaman-pegalaman sebagai pemimpin kepada bawahannya dalam hal ini guru-guru, lebih bersifat ekonomis dan efisien sehingga tidak terjadi cara-cara boros yang dapat merugikan organisasi.
Untuk menjadi seorang pemimpin perlu memenuhi beberapa persyaratan seperti misalnya, memiliki kualifikasi pendidikan mulai dari Diploma sampai sarjana (syarat formal). Selain itu juga seorang calon pemimin juga harus mempunyai kemampuan, keahlian dan keterampilan dibidangnya dalam menjalankan tugas sebagai sebagai seorang pemimpin. Dan tidak kala pentingnya juga harus memiliki sikap-sikap yang baik misalnya mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila serta berkepribadian yang  baik.
BAB  II
TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Ada empat tipe kepemimpinan pendidikan yaitu: Kepemimpinan Otokrasi, merupakan tipe kepemimpinan yang dapat dikatakan arogan atau dengan kata lain kepemimpinan yang mengandalkan kekuasaan jabatan. Segala sesuatu yang menyangkut dengan pengambilan keptusan tidak diberikan kesempatan kepada guru-guru untuk dapat menyampaikan saran dan pendapat. Semua guru bekerja sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan oleh pemimpin dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk berkreasi. Akhirnya hubungan antara atasan bawahan menjadi kurang harmonis.
Kepemimpinan Pseudo-Demokratis,  tipe kepemimpinan ini juga hampir sama dengan otokrasi. Pemimpin yang berpura-pura menerapkan demokrasi, tetapi sebenarnya pemimpin hanya selalu mengedepankan pendapatnya sendiri dan saran atau pendapat dari bawahan diabaikan. Ia selalu dekat dengan guru-guru yang dekat dengannya. Kepemimpinan Laissez-Fire, merupakan tipe kepemimpinan yang kacau balau. Pemimpin tipe ini tidak memiliki program atau rencan kerja. Guru-guru diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkreasi dan berkerja sesuai dengan kemauannya masing-masing. Tipe kepemimpinan ini seperti ini menimbulkan ketidak disiplinan  terhadap bawahannya. Kepemimpinan Demokratis, kepemimpinan tipe ini sangat mengemukakan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan. Sehingga semua guru taat pada keputusan bersama bukan pada keputusan seorang pemimpin. Pada kepemimpinan ini, pemimpin sangat menyadari bahwa adanya tujuan bersama yang hendak dicapai oleh karena itu kerja sama antar atasan dan bawahan sangat diutamakan. Hubungan antara atasan bawahanpun terjalin dengan baik. Pemimpin tidak mendominasi tetapi diberikan kesempatan kepada setiap bawahan untuk berkarya dan bekerja sesuai dengan aturan dan keputusam yang telah disepakati bersama. Tipe kepemimpinan seperti ini sangat cocok dengan zaman sekarang.
Kepemimpinan yang baik sangat bergantung pada sifat-sifat yang dimiliki seseorang dalam memimpin, gaya kepemimpinan, cara-cara yang dilakukan, pengetahuan yang dimiliki, dapat menyeseuaikan diri dengan kondisi lingkungan serta watak orang-orang yang dipimpin serta mampu menjalankan prinsip-prinsip kepemimpinan sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat diwujudkan.

BAB  III
PERKEMBANGAN TEORI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN
            Kepemimpinan pada hakekatnya merupakan suatu cara atau usaha yang dilakukan untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam hubungannya dengan sesama individu dalam suatu organisasi. Dalam rangka pengawasan, maka seorang pengawas (supervisor) harus benar-benar mengetahui sebab-sebab persoalan serta dapat harus mengausai cara-cara untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
            Dalam perkembangan oganisasi secara administratif dan dengan adanya teori-teori yang dikemukakan oleh ahli teori,  dikembangkanlah struktur sebagai dasar dalam organiasasi. Dengan adanya struktur, pembagian tugas dan wewenang antara atasan bawahan semakin jelas dan semua tugas terbagi habis melalui bagian-bagian dalam organiasi.
            Pada umumnya semua organisasi memiliki tujuan yang harus dicapai. Maka untuk mebncapai tujuan itu diperlukan kerja sama antara semua komponen dalam organisasi. Sebagai sebuah sistem maka semua komponen harus berfungsi dengan baik. Semua komponen merupakan bagian yang terintegrasi yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
            Hubungan/interaksi antara sesama individu dalam sebuah organisasi juga merupakan hal yang sangat penting. Hal ini menandakan bahwa dengan adanya hubungan yang baik akan memaksimalkan kinerja individu dan dapat memajukan organisasi. Organiasi juga dapat dipengaruhi dengan adanya perubahan-perubahan baik itu eksternal maupun internal seperti strategi kebijakan atau pengambilan keputusan pimpinan. Pengambilan keputusan yang baik akan berdampak pada kemajuan organisasi. Maka dari itu, seorang supervisor harus benar-benar memahami strutktur organisasi, bagaimana organisasi itu berproses, hubungan atau interaksi dalam organisasi dan pengaruh-pengaruh terhadap organisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan.

BAB  IV
KEPEMIMPINAN DALAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN
            Administrasi sudah muncul sejak zaman dahulu, tetapi dalam konteks masih sangat terbatas dan sempit. Seiring dengan perkembangan zaman dan perdaban manusia maka manusiapun mulai menata dan memaknai sistem administrasi ke arah yang lebih luas. Kini administrasi sudah masuk dalam berbagai segi kehidupan manusia. Tak ketinggalan dunia pendidikan saat inipun mulai mengembangkan sistem adminstrasinya dengan baik. Dengan mengembangkan dan menerapkan sistem administrasi dengan baik, maka dapat dikatakan tata kelola sistem pendidikan akan berjalan dengan baik pula dan apa yang diharpakan dapat tercapai.
            Administrasi dalam dunia pendidikan dimaksudkan untuk mengelola dan memecahkan berbagai permasalahan yang ada di lingkungan pendidikan. Misalnya saja permasalahan yang berkaitan dengan organisasi pendidikan yang menyangkut dengan tanggung jawab dang wewenang kepala sekolah maupun guru, masalah pembelajaran yang kerap kali dihadapi oleh guru dikelas dan sebagainya, data dan jumlah murid, keuangan sekolah, dan sebagainya. Di sekolah, kepala sekolah juga selain sebagai adminstrator ia berperan sebagai supervisor. Maka oleh karena itu, kepala sekolah harus memiliki skil yang baik sehingga mampu untuk menjalankan tugasnya dengan baik pula.


BAB V
MEMBINA HUBUNGAN BAIK DENGAN MASYARAKAT
Sekolah dan masyarakat merupakan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Hubungan komunikasi sekolah dengan masyarakat harus tetap terjaga. Hubungan ini merupakan hubungan yang saling memerlukan dimana sekolah memerlukan masukan-masukan atau pendapat dari masyarakat demi kemajuan sekolah dan masyarakat juga memerlukan program-program sekolah yang berkualitas.
Dalam membina membangun komunikasi sekolah harus melakukan pendekatan-pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh dalam masyarakat, kemudian melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan-kegiatan/program sekolah. Disampin itu juga sekolah harus memperkenalkan program-program sekolah kepada masyarakat agar masyarakat juga dapat mengetahui sehingga masyarakat dapat ikut ambil bagian dalam program tersebut. Dalam menyusun program sekolah juga harus dapat melibatkan tokoh-tokoh masyarakat yang dapat memberikan sumbangan pikiran yang baik.
Dalam hubungan dengan masyarakat, juga tak jarang terjadi kesalahpahaman. Maka dari itu, pihak sekolah harus bijaksanan dalam menangani jika terjadi hal-hal seperti itu. Dalam membuat program dan mengevaluasinya sebaiknya sekolah menlibatkan masyarakat atau tokoh-tokoh yang ada dimasyarakat.
Sekolah harus mampu menyusun program dan dapat menyampaikannya serta memberikan pemahaman sebaik mungkin kepada masyarakat dengan strategi-strategi yang baik, agar kerja sama sekolah dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik pula. Ketika masyarakat dapat memahami program sekolah, maka program sekolah juga akan berjalan dengan baik.
Penyampaian informasi kepada masyarakat selaku konsumen/pengguna jasa layanan pendidikan juga harus benar-benar dikemas dengan baik. Informasi yang disampaikan itu dapat berupa  visi-misi sekolah, prestasi yang pernah diraih sekolah serta keadaan sekolah berupa data-data sekolah serta laporan-laporan lainnya yang perlu diketahui oleh masyarakat selaku konsumen. Dengan demikian ada ketertarikan masyarakat dan kepuasan tersendiri terhadap pelayanan sekolah terhadap masayarakat.  Penyampaian informasi kepada masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya, melalui media masa, baik cetak maupun elektronik dan acara-acara sekolah yang dapat melibatkan kehadiran orang tua atau masyarakat.
Perlu diingat bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat tidak selamanya berjalan mulus dan lancar-lancar. Ada juga sering terdapat kendala-kendala dan tantangan yang dapat menyebabkan konflik antara sekolah dan masyarakat. Terjadinya konflik dapat juga disebabkan oleh minimnya atau sempitnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan, adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru-guru, kinerja kepala sekolah yang kurang baik dan lain-lain.



BAB  VI
MANAJEMEN KONFLIK
            Terjadinya konflik disebabkan karena ketidakcocokan atau perbedaan persepsi dalam mencapai suatu tujuan. Dalam pandangan lama,  konflik selalu berakibat negatif  bagi suatu organiasasi. Oleh karena setiap organisasi harus sedapat mungkin mencegah atau meminimalkan konflik bahkan meniadakan agar organisasi berjalan mulus dalam mencapai tujuannya. Sedangkan dalam pandangan baru, konflik dapat berakibat positif bagi suatu orgnisasi. Dengan adanya konflik, oraganisasi akan melakukan evaluasi dan perubahan-perubahan terhadap kebijakan-kebijakan yang lama yang dianggap tidak sesuai dan tidak efektif yang dapat mengakibatkan ketidakcocokkan. Oleh karena itu menurut pandangan baru konflik harus dapat ditangani sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi oraganisasi.
            Konflik dapat bersumber dari perorangan, antar perorangan, dalam kelompok, antar kelompok, dalam organisasi dan antar organisasi. Konflik yang terjadi di dunia pendidikan dapat disebabkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki misalnya alat-alat prasarana, keuangan dan adanya pelanggaran kewenangan.  Perlu diingat bahwa konflik yang terjadi buka saja berdampak atau memiliki nilai negatif terhadap organisasi tetapi juga dapat menimbulkan nilai positif.
            Perkembangan konflik merupakan sebuah proses dan terjadi secara bertahap mulai dari awal berupa adanya situasi yang berpotensi terjadinya konflik, sampai pada tahap dirasakan akibat dari konflik yang ditimbulkan. Setiap konflik yang terjadi dapat ditangani / diselesaikan dengan cara-cara misalnya memberikan solusi-solusi bagi sebuah konflik yang terjadi sehingga konflik tidak berkepanjangan.  Selain itu juga dapat dilakukan dengan cara melibatkan pihak ke tiga untuk menjadi penengah dalam memberikan pandangan dan penyelesaian dengan jalan damai.
           
BAB  VII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
            Dalam setiap organisasi pasti terdapat masalah. Ketika hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan direncanakan, maka timbulah masalah yang harus dipecahkan oleh seorang pemimpin. Masalah-msalah yang timbul itu harus segara diselesaikan agar tidak berlarut-larut sehingga dapat mengganggu keberlangsungan organisasi. oleh karena itu, pemimpin harus bisa dengan segara mengambil langkah-langkah atau tindakan yang dengan segera untuk dapat mengatasinya. Pemimpin harus mempunyai cara atau teknik untuk dapat memecahkan masalah dengan baik atau dengan kata lain mengatasi mesalah tanpa menimbulkan masalah baru.
            Dalam mengatasi masalah, pasti berhubungan dengan adanya keputusan yang harus diambil oleh seorang pemimpin. Pengambilan keputusan ini haruslah dilakukan secara objektif dengan tidak merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak lain. Artinya bahwa dalam setiap pengambilan keputusan harus memuaskan semua pihak yang berkaitan, dengan mempertimbangkan perasaan-perasaan yang menerima keputusan tersebut.
BAB VIII
EVALUASI KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
Semuah program baik yang sementara berjalan maupun yang telah dilaksanakan harus dinilai atau dievaluasi. Hal ini sangat penting karena  dengan evaluasi kita dapat mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian suatu perogram dimaksud. Dengan efaluasi kita juga dapat mengetahui faktor-faktor yang yang mungkin saja ada dan yang dapat menjadi penghalang berjalan tidaknya suatu program.
Evaluasi harus dilakukan secara berkala, karena apabila sebuah program itu dievaluasi secara terus menerus maka kita akan segera mengetahui kemajuan perogram itu serta dengan segera menganalisis masalah-masalah atau kendala yang ditemui untuk mencari solusi atau cara dalam mengatasi masalah-masalah yang menjadi faktor penghambat program tersebut.
Dalam dunia pendidikan evaluasi sangat penting sekali dan besar manfaatnya/kegunaannya. Banyak hal yang hal yang dapat dievaluasi dalam sebuah sekolah. Kepala sekolah dapat mengevaluasi kinerja staf atau guru-guru dalam melakukan tugas-tugasnya, mengevaluasi  prestasi siswa secara keseluruhan, mengevaluasi program baik semester atau tahunan sekolah. Bagi guru-guru, evaluasi dapat dapat mengukur tingkat keberhasilan atau penapaian program pengajaran di kelas serta dapat mengetahui dan mengukur keberhasilan siswa.  Adapun pihak-pihak yang dapat melakukan evaluasi adalah pengawas atau supervisor, kepala kantor, kepala bagian, kepala sekolah, dan guru-guru.

BAB  IX
ANGGARAN PENDIDIKAN
Anggaran pendidikan sangat vital bagi penyelengaraan pendidikan. Sekarang ini pemerintah sudah menganggarkan anggaran pendidikan sebesar 20% dalam APBN, namun hasil dari anggaran pendidikan itu belum terlalu signifikan bagi keberlenagsungan pendidikan di Indonesia.  Besar-kecil serta pemerataan anggaran pendidikan sangat berpengaruh terhadap mutu dan kualitas pendidikan.   
Di era otonomi daerah sekarang ini ternyata masih banyak masalah dengan anggaran pendidikan. Anggaran pendidikan masih dirasa sangat terbatas dan belum mampu mencukupi kebutuhan-kebutuhan pendidikan pada umumnya. Masih banyak ketimpangan-ketimpangan atau kebijakan-kibijakan yang menyimpang sehingga menimbulkan masalah terhadap sekolah-sekolah sebagai salah satu sasaran utama anggaran pendidikan. Sebagian besar anggaran pendidikan di seluruh daerah masih tergantung pada subsidi dari pemerintah. Dimana sebagian besar anggaran pendidikan masih digunakan untuk pembiayaan gaji guru sedangkan pembiayaan untuk peningkatan mutu pendidikan masih sangat kecil.
Dengan anggaran yang dirasa masih terbatas, maka orang tua siswa sebagai mitra dari pendidikan itu sendiri harus dapat berperan dan  berpartisipasi aktif  dalam menunjang keterbatasan pembiayaan pendidikan.  Di era otonomi daerah ini ternayat masih ada daerah-daerah yang belum mampu menganggarkan anggaran pendidikan dalam APBD-nya sesuai dengan acuan pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan ada daerah yang memang memliki keterbatasan sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sehingga belum mampu untuk menggenjot pembiayaan pendidikan di daerah mereka.
Mengingat  masih banyak anak-anak Indonesia yang putus sekolah bahkan belum pernah merasakan sentuhan pendidikan, maka pemerintah mencoba untuk meringankan pembiayaan masyarakat terutama mereka yang termasuk golongan menengah kebawah, dengan menerapkan bantuan operasional sekolah (BOS) agar pendidikan dapat dirasakan semua lapisan masyarakat tanpa pandang bulu. Penggunaan dana BOS oleh sekolah dilaksanakan sesuai dengan RAPBS dan mekanisme yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga diharpakan efektif dan tepat sasaran. 




BAB  X
AKUNTABILITAS PENDIDIKAN
Undang-Undang nomor 23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengisyaratkan adanya profesionalitas dunia pendidikan pada semua aspek dan unsur-unsur yang mendukung terselenggaranya proses pendidikan. Dengan adanya itu, maka setiap pimpinan dan staf lembaga-lembaga pendidikan harus lebih meningkatkan kinerjanya secara profesional demi terwujud tujuan pendidikan nasional baik jangka pendek, menengah maupun jangka penjang.
Masyarakat merupakan mitra sekaligus pengguna jasa layanan pendidikan selalu mengontrol jalannya pendidikan. Semua program yang dijalankan lembaga pendidikan terus dikontrol oleh masyarakat. Hal ini karena masyarakat ingin mendapatkan layanan yang terbaik dan memuaskan dalam tata kelola sistem layanan pendidikan.
Pengelolaan sistem layanan pendidikan harus tertanggungjawab atau akuntabel artinya, setiap pemimpin lembaga pendidikan harus melakukan laporan-laporan pertanggung jawaban yang menyangkut dengan kemuajuan dan keberhasilan pencapaian program-program secara keseluruhan baik yang baik program yang sudah terlaksana maupun program yang belum terlaksana. Melaporkan juga hasil-hasil yang dicapai dan faktor-faktor penghambat terlaksanannya sebuah program kepada pihak-pihak yang berhak mengetahui perkembangan lembaga pendidikan, misalnya saja masyarakat dan pemerintah baik pusat maupun di daerah. Selain itu laporan pertanggungjawaban juga dapat meminimalkan penyimpangan-penyimpangan kebijakan yang dapat mengakibatkan menurun atau rusaknya kualitas pendidikan.
Dengan akuntabilitas, maka pemerintah dan masyarakat dapat menilai tingkat keberhasilan sekolah atau lembaga pendidikan. Jika sekolah berhasil dalam mencapai dan melaksanakan program-programnya maka perlu diberikan apresiasi atau penghargaan agar keberhasilan dan mutu tetap terjaga. Dan jika masih terdapat kendala-kendala dalam pelaksanaan programnya, maka pemerintah dan mesyarakat harus memberikan solusi yang tentunya didahulukan dengan pertanggungjwaban kepala sekolah selaku pimpinan lembaga pendidikan.

BAB XI
KEPALA SEKOLAH DAN MPMBS
Peranan seorang kepala sekolah sangat penting dalam sebuah lembaga pendidikan (sekolah).  Maju atau tidaknya sebuah sekolah sangat tergantung pada peranan dan manajemen yang digunakan kepala sekolah.   Kepala sekolah harus memainkan peranan dengan strategis dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan bijaksana dalam mengambil berbagai keputusan. Seorang kepala sekolah harus memiliki pengetahuan dalam mengatur, menyelenggarakan seluruh kegiatan yang ada di sekolah.
Sejalan dengan adanya semangat otonomi daerah dan otonomi pendidikan,  maka sekolah-sekolah juga diberi kewenangan dalam mengembangkan mutu dan kualitas pendidikan yang meliputi peningkatan kualitas siswa dan juga profesionalitas tenaga pendidik. Maka di sini kepala seorang kepala sekolah harus profesional dalam menjalankan tugas. Selain kepala sekolah sebagai seorang guru, dia juga harus mengatur dan membuat program baiak jangka panjang, menegah dan pendek.
Dalam melaksanakan tugasnya, kepala sekolah harus memliki pengetahuan tentang manajemen dalam hal ini manajemen berbasis sekolah. Manajemen berbasis sekolah ini dimaksudkan agar berbagai kebijakan dan keputusan yang diambil oleh kepala sekolah dengan mengelola sumber daya yang ada di sekolah dengan melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan dengan sekolah untuk memberikan dampak positif bagi perkembangan dan kemajuan sekolah dengan tidak mengabaikan tujuan-tujuan pendidikan nasional.
Masih banyak sekolah di Indonesia ini yang belum mampu menerapkan manajemen berbasis sekolah sehingga perubahan-perubahan yang diharapkan oleh pemerintah masih jauh dari harapan. Minimnya pemberdayaan tenaga pendidik sehingga  upaya mendongkrak mutu dan kualitas pendidikan masih belum bisa diharapkan.  
Selain meningkat sumber daya tenaga pendidik, dengan manajemen berbasis sekolah kepala sekolah dituntut untuk bagaimana meningkatkan kinerja tenaga pendidik, menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang kondusif dan aman bagi guru, siswa dan juga masyarakat sekitar. Selaian itu juga manajemen berbasis sekolah bertujuan agar kepala sekolah mampu untuk mengelola keuangan sekolah dengan baik. Tata kelola keuangan sekolah harus di ataur dengan baik sehingga tidak menimbulkan berbagai masalah. Keuangan sekolah harus digunakan seefektif mungkin untuk membiayai semua kebutuhan sekolah sesuai dengan RAPBS yang telah disusun.

BAB  XII
KEPALA SEKOLAH DAN SUPERVISI PENGAJARAN
Dalam era globalisasi sekarang ini kompetisi disegala bidang semakin meningkat. Perkembangan ilmu dan pengetahuan semakin cepat maka perlu juga diselaraskan dengan perkembangan sumber daya manusia. Maka untuk mempersiapkan sumber daya manusia, sekolah berperan penting dalam hal ini. Perkembangan sumber daya manusia sangat berkaitan dengan kemajuan peradaban suatu bangsa. Di tengah-tengah peranan sekolah dalam menyiapkan sumber daya manusia, terdapat juga masalah-masalah yang menghambat perkembangan dan peningkatan mutu serta kualitas sekolah.
Sekolah yang berkualitas di dukung oleh kepala sekolah dan tenaga pendidik yang profesional serta siswa yang cerdas, memiliki visi-misi yang jelas, memiliki program kerja yang baik serta administrasi dan manajemen yang baik pula. Salah satu kegiatan yang dapat menunjang peningkatan mutu dan kualitas sekolah yaitu supervisi. Dengan adanya supervisi dari kepala sekolah maupun pengawas sekolah maka dapat membantu untuk memecahkan masalah-malalah yang terjadi di sekolah baik yang di alami oleh guru maupun kepala sekolah. Selain itu supervisi betujuan untuk membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran di kelas. Semua itu berfungsi untuk meningkatakan kualitas sekolah. Sekolah yang bermutu dan berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Supervisi dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah dan orang-orang yang berwenang melakukan supervisi.
Supervisi pada hakikatnya bertujuan untuk membina guru-guru untuk dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tugasnya setiap hari baik secara administratif maupun dalam proses belajar mengajar di kelas. Selain itu juga supervisi  bertujuan untuk melakukan pembinaan terhadap guru-guru agar guru dapat mengembangkan kemampuan profesional sehingga dapat mengelola berbagai macam sumber, bahan dan alat belajar demi peningkatan  mutu dan kualitas pendidikan.





  

Selasa, 25 September 2012

Makalah Media Pembelajaran


PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR TERHADAP
 MOTIVASI BELAJAR SISWA

 

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang informasi dan komunikasi berdampak pada proses pembelajaran di kelas. Terkait  dengan hal ini,  guru dituntut harus memiliki kemampuan baik secara intelektual maupun kecakapan atau keterampilan dalam menggunakan teknologi sebagai media belajar pada setiap pembelajaran di kelas. Sejalan dengan itu, pemilihan dan penggunaan media yang relevan merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan kompetensi dan dapat meningkatkan motifasi belajar anak. Oleh karena itu guru dituntut untuk terus berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dari waktu ke waktu.
Seiring dengan perubahan paradigma belajar dari teacher center ke student center maka Sebagai guru yang profesional dalam melaksanakan pembelajaran di kelas harus memperhatikan aktifitas dan motifasi belajar siswa agar proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Maka dari itu, pemilihan dan penggunaan media yang relevan dengan pelajaran sangatlah penting,  karena media mampu untuk membangun pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.  Motifasi belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran. Rendahnya motifasi belajar siswa akan sangat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi atau konsep yang diberikan guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi motifasi belajar siswa dapat berasal dari luar maupun dari dalam diri siswa itu sendiri. Mengingat bahwa setiap siswa memliki motifasi belajar yang berbeda-beda maka guru harus mampu menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang menarik agar siswa termotifasi untuk mengikuti pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang merupakan sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Dalam Webster Dictionary,  media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal (Anitah, 2010). Selanjutnya menurut Gerlach dan Ely dalam Anitah (2010) media adalah grafik, fotografik atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Sedangkan Briggs dalam Anitah (2010) mengatakan bahwa media  pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran termasuk didalamnya, buku, vidiotape, slide suara, suara guru, atau salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Di dalamnya tercakup segala peralatan fisik pada komunikasi seperti buku, slide, buku ajar, tape recorder. Bertolak dari defini tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat, yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk dapat menrima penhetahuan, keterampilan, dan sikap.
Menurut Susilana (2007), berdasarkan hasil seminar bulanan PPI di Fukuoka Jepang pada tanggal 21 Juli 2000, dirumuskan sutu kesimpulan yang menyatakan bahwa masalah pembelajaran di Indonesia perlu diselesaikan dengan mengubah beberapa paradigma yang ada, yaitu : (1) Perubahan pola pikir pembelajaran dari yang cenderung berorientasi pada pengajaran, menuju pada pola pikir baru yang berorientasi pada pembelajaran; (2) Perubahan pola pikir  pembelajaran dari pandangan lama yang berpusat pada guru menjadi model pembelajaran yang berfokus pada siswa; (3) Perubahan pola pembelajaran dari model  yang tertutup, terpisah, atau terisolasi dengan lingkungan dan masyarakatnya menjadi model pembelajaran yang terbuka, erat dan akrab dengan habitat dan masyarakat; (4) Perubahan pola pembelajaran yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik; (5)  Perubahan paradigma pembelajaran dari yang cenderung berdimensi kognitif menuju paradigma menjadi pembelajaran yang berdimensi integral dan holistik. Beberapa pendekatan belajar perlu diterapkan secara terprogram dalam pembelajaran di Indonesia.
Dalam tulisan ini dibahas sampai sejauh mana pengaruh  penggunaan media belajar terhadap motivasi belajar siswa, serta manfaat-manfaat dari penggunaan media belajar.

MOTIVASI BELAJAR   
Motivasi belajar merupakan unsur pendukung dalam dalam proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2001), motivasi adalah suatu perubahan energi sesorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan komponen dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Ada beberapa hal yang dapat diusahakan untuk membangkitkan motif belajar pada anak yaitu pemilihan  pemgajaran yang berarti bagi anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan  dorongan untuk menemukan, dan menerjemahkan apa yang akan diajarkan dalam bentuk pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Sukmadinata, 2010).

MEDIA PEMBELAJARAN
            Miarso dalam Susilana (2007), mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar. disamping itu, menurut Sadiman dkk (2010), dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang, tejnik atau latar dan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak  (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan (hardware). Media pendidikan adalah segala alat bantu yang digunakan pendidik untuk membantu mempermudah proses belajar mengajar sehigga tercapai tujuan pembelajaran (Muchtar dan Siregar 2007).
Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu berupa alat atau bahan yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar  untuk menyampaikan pesan edukatif, membantu  mempermudah proses belajar mengajar, dan dapat menarik perhatian siswa serta dapat menciptakan interaksi edukasi yang tepat dan berdaya guna.

JENIS-JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
            Menurut Sadiman dkk (2010:28), beberapa jenis media yang sering dipakai dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia yaitu :

v   Media Grafis. Media grafis termasuk media visual, berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila digrafiskan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Media grafis dapat berupa:  gambar/foto adalah media atau bahasa yang paling umum dipakai dan dapat dinikmati di mana-mana. Kelebihan foto/gambar yaitu, sifatnya konkret dan dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; sketsa adalah gmbar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tnpa detail; diagram adalah gambar sederhana yang menggunkan garis-garis dan simbol-simbol yang menggambarkan struktur dari objek secara garis besar;  bagan/chart berfungsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual; grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar;  kartun adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu;  poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihanya; peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi; papan flanel/flanel board untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula; papan buletin  berfungsi untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu.
v  Media Audio. Media aduio berkaitan dengan pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Beberapa jenis media yang dapat diklasifikasikan dalam media audio, antara lain :
radio mempunyai kelebihan dapat memsatkan perhatian siswa pada kata-kata yang digunakan dan bunyi;  alat perekam pita magnetik mempunyai fungsi ganda yang efektif sekali, untuk merekam, menampilkan rekaman dan menghapusnya;  piringan hitam dan laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan cara menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya.
v  Media Proyeksi Diam. Media proyeksi diam (stiil proyected medium) mempunyai persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain: film bingkai (slide) adalah suatu film berukuran 35mm, yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci terbuat dari karton, atau plastik; film rangkai (film strip) berbeda dengan film bingkai, gambar pada film rakai merupakan satu kesatuan. Ukuran filmnya 35mm dengan jumlah gambar satu rol antara 50 sampai 75 gambar dengan panjang lebih kurang 100 sampai dengan 130;  media tranparansi adalah media visual proyeksi, yang dibuat di atas bahan transparan, biasanya film acetate atau plastik berukuran 8,5” x 11” yang diproyeksikan melalui OHP; film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses, belajar mengajar.
Ada tiga macam ukuran film yaitu 8mm, 16mm dan 35mm; televisi (TV) adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak; video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak; permainan dan simulasi adalah suatu model penyederhanaan suatu realitas.
LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
Menurut Santyasa (2007), ada empat landasan yang menadasari penggunaan media dalam pembelajaran, yaitu:
a.             Landasan Filisofis
Ada pendapat yang mengatakan bahwa akan terjadi dhumanisasi jika teknologi diterapkan dalam proses pembelajaran. Tetapi sesungguhnya pendapat ini belum tentu kebenarannya. Karena dengan adanya berbagai media yang digunakan dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, justru akan dapat membantu pemahan siswa tentang materi pembelajaran. Maka dengan demikian siswa akan sangat tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dan penerapan teknologi dalam pembelajaran tidak berarti dehumanisasi.
b.             Landasan Psikologis
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Oleh karena itu dalam penggunaan media perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.

c.              Landasan Teknologis
Dengan berkembangnya teknologi pembelajaran yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran, menganalisis, melaksanakan dan mengevaluasi dengan melibatkan orang, prosedur, ide dan peralatan secara terpadu.

d.             Landasan Empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

MANFAAT  MEDIA PEMBELAJARAN
            Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1)        Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
2)        Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
a.         Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model;
b.        Objek yang kecil dibatu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar;
c.         Gerak yang terlalu lambat atau teralalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography;
d.        Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film, bingkai, foto maupun secara verbal;
e.         Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan
f.         Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
3)        Penggunaan media pendidikan secara tepat dapat mengantisipasi sikap pasif anak-anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
a.         Menimbulkan kegairahan belajar
b.        Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
c.         Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemauan dan minatnya.
4)        Menimbulkan rangsangan, menyamakan pengalaman, menimbulkan persepsi yang sama.
5)        Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya,rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
Dale dalam Sulastri dkk (2010:8) mengemukakan beberapa manfaat media, yaitu:
1.        Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas.
2.        Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.
3.        Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran, kebutuhan, dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar.
4.        Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa.
5.        Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.
6.        Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajenasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar.
7.        Memberikan umpan balik yang diperlukan sehingga dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari.
8.        Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan.
9.        Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan dan membuat generalisasi yang tepat.
10.    Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Sedangkan Sudjana dan Rivai dalam Sulastri dkk (2010:8) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:
1.      Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2.      Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4.      Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan mendemonstrasikan, memamerkan, dll.
POLA PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN
Ada beberpa pola pemanfaatan media pembelajaran menurut Sadiman dkk (2010;189), yaitu:
1.        Pemnafaatan Media dalam Situasi Kelas (classroom setting)
Dalam tatanan ini, media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang pencapaian  tujuan tertentu. Pemanfataannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Dalam pemiliham media, guru harus melihat dan menyesuaikan tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan itu.
2.        Pemanfaatan Media di luar Kelas
Pemanfaatan media di luar situasi kelas dapat dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu:
a)        Pemanfaatan secara bebas. Pemanfaatan secara bebas ialah bahwa media digunakan tanpa diawasi. Media digunakan menurut masing-masing orang menurut kebutuhannya. Dalam pemakaian media ini tidak diharpakan untuk mencapai tujuan tertentu dan juga tidak diharpkan adanya umpan balik kepada siapapun serta tidak dievaluasi. Contohya, Penggunaaan kaset pelajaran bahasa Inggris, pemanfataan siaran radio pendidikan.
b)        Pemnafaatan Media Secara Terkontrol. Pemanfaatan media secara terkontrol ialah bahwa media digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang sudah diatur secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Adanya tujuan yang harus dicapai dalam penggunaan media ini dan diakhiri dengan evaluasi.  Contohnya, pemanfaatan siaran radio pendidikan untuk penataran guru, pemanfaatan media untuk mencapai ijazah persamaan SMA di AS.
c)         Pemnafaaatan Media Secara Perorangan, Kelompok atau Massal. Media dapat digunakan secara perorangan adalah media yang dilengkapi dengan petunjuk penggunaan yang jelas sehingga orang dapat menggunakannya secara madiri dan tidak perlu bertanya kepada orang lain tentang penggunaan media tersebut. Media yang dapat digunakan oleh kelompok yang terdiri dari 2 sampai dengan 8 orang atau dalam kelompok besar 9 sampai 40 orang dengan syarat, suara yang disjaikan harus keras sehingga semua anggota kelompok dapat mendengar dengan jelas, gambar atau tulisan harus cukup besar agar dapat dilihat oleh semua anggota kelompok, perlu alat seprti apmlifier untuk pengeras suara dan proyektor untuk membesarkan gambar atau tulisan. Sedangkan media yang dapat digunakan oleh masaal adalah media yang dirancang untuk penggunaan dalam jumlah orang yang sangat banyak mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan. Biasanya media seprti ini disirakan melalui telvisi, radio atau digunakan dalam ruang yang besar seperti film 35mm.
PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
Menurut Sadiman dkk (2010:83), ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkam dalam dua jenis, yaitu media jadi (media by utilization) dan media rancangan (media by design). Media jadi merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran luas dalam keadaan sipa pakai. Sedangkan media rancangan adalah media yang perlu dirancang dan dipersiapkan secar khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu.
Dick dan Carey dalam Sadiman dkk (2010:86), menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media. Pertama adalah ketersediaan sumber sumber setempat. Bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah ketersediaan dana, tenaga dan fasilitas dalam membeli atau memproduksi media. Ketiga adalah menyangkut dengan keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media untuk waktu yang lama. Bisa digunakan dimanapun dan kapanpun. Keempat  adalah efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang. Hakikat dari pemilihan media adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan.
ANALISIS SWOT
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari penggunaan media pembelajaran perlu dianalisis. Maka dalam hal digunakan analisis SWOT                   ( strengths, weaknes, oppotunitties, threats ). Dimana  Analisis SWOT merupakan instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan eksternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.
Dalam hubungan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran maka dapat diuraikan sebagai berikut:
v  Strengths (Kekuatan)
Yang menjadi kekuatan adalah manfaat atau kegunaan media dalam proses pembelajaran seperti dapat menimbulkan gairah belajar anak, metode belajar akan lebih bervariasi,  Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan mendemonstrasikan, memamerkan, dll.
v  Weakness (Kelemahan)
Adapun kelemahannya yaitu guru belum efektif dalam menggunakan belajar dikarenakan tingkat pemahaman dan pengetahuan penggunaan media pembelajaran masih sangat rendah.
v  Opportunitties (Peluang)
Adapun yang merupakan peluang dalam pemanfataan media adalah guru-guru dapat diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tentang penggunaan media pembelajaran.
v  Threats (Ancaman)
Sikap guru yang acuh dan tidak mau mengikuti perkembangan teknologi sehingga mengabaikan penggunaan media dalam pembelajaran.



PENUTUP
            Penggunaan media dalam pembelajaran ternyata sagat berpengaruh pada proses pembelajaran dan motivasi siswa untuk mengitkuti pembelajaran itu sendiri. Untuk lebih meningkatkan efektifitas proses pembelajaran para guru diharapkan untuk selalu memperhatikan motivasi belajar siswa. Tanpa adanya motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa akan sangat berpengaruh pula pada aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa itu sendiri.
            Dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran perlu disesuaikan dengan materi yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran akan dapat membantu siswa dapat memahami materi yang akan disampaikan. Dengan adanya penggunaan media pembelajaran siswa akan semakin tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengatahuan, maka berkembang pula berbagai macam media pembelajaran. Oleh karen itu, pendidik harus selalu tanggap terhadap perubahan. Diharapkan para pendidik dapat berkreasi serta inovtif dalam merancang, dan mengembangkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.   Guru juga perlu untuk meningkatkan pengethuan dan kemampuan serta keterampilan-keterampilannya sehingga benar-benar menjadi guru yang profesional.
           

DAFTAR RUJUKAN
Hamalik, Oemar, 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Muchtar dan Siregar. 2007. Efektifitas Kombinasi Media dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa MAN pada Pembelajaran Sistem Koloid. Jurnal Pendidikan dan Sains Vol.2 (2). ISSN 1907-7157.
Sadiman, Rahardjo, Haryono, Rahardjito. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Santyasa, I Wayan, 2007.  Landasan Konseptual Media Pembelajaran [Makalah]. Disampaikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan Pada tanggal 10 Januari 2007; Banjar Angkan Klungkung.

Sri Anitah. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: YUMA PUSTAKA
Sukmadinata, N.S, 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : Rosda Karya.
Susilana Rudi, 2001.  Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Grasindo